Rabu, 30 November 2011

STRUKTUR MASYARAKAT DI KEBUMEN



1.        Masyarakat abangan.
Masyarakat abangan di sana yaitu kellompok masyarakat yang mengaku Islam namun ia tidak melakukan Sholat wajib, puasa wajib, tetapi ia hanya yakin kepada penciptaNya yaitu Allah. Apabila sudah yakin ia percaya amal ibadahnya sudah sampai ke penciptaNya akan terkabul.
Bahkan sampai sekarang apabila menjalankan Sholat masih ada yang tidak memakai baju, ia telanjang karena beranggapan baju yang ia kenakan adalah najis. Kelompok ini masih kental dengan para lelembut, apapun yang ada pada dunia ia akan meminta bantuan kepada para lelembut ini.
Selain itu adalah doa-doa yang di awali Basmalah kemudiandi lanjutkan dengan kalimat bahasa jawa, di akhiri dengan dua kalimat shahadat, mired, mantra bahasa campuran arab-jawa yang intinya adalah doa kepada Tuhan. Alas an mengapa tidak di susun mantra yang seluruhnya bahsa arab adalah agar orang jawa tidak merasa asing, di dalamnya ia masih sedikit mempercayai adanya arwah nenek moyang sebagai leluhur mereka, serta masih menggunakan sesajen untuk acara hajatan. Misalnya ada acara pernikahan maka harus melihat perhitungan tanggal lahir si weton si perempuan dan si laki-laki, yang biasanya di tanyakan kepada sesepuh. Ia tidak mengikuti Sholat dan puasa wajib namun ia hanya mengenal puasa seperti mutih, ngasrep, weton dll namun mereka tetap mengikuti lebaran. Kemudian di setiap malam jumat kliwon mereka membuat bubur  putih agar di beri keberkahan, keselamatan, dan kesucian.
Yang termasuk masyarakat abangan adalah:
a.       Kelompok masyarakat dengan sebutan golongan Islam kejawen
b.      Mengaku Islam namun tidak Sholat
c.       Sekelompok orang yang kental dengan hal-hal ghoib
d.      Orang yang percaya pada dukun
Dalam masyarakat abangan, sekarang kelompoknya sudah mulali berkurang karena para penerusnya sudah tidak mau/ para keturunannya sudah mengenal dengan agama yang lurus dan benar, maka meninggalkan ajaran sebelumnya dengan masuk ke ajaran yang baru.
2.        Masyarakat santri
Masyarakat yang termasuk ke dalam holongan masyarakat santri adalah masyarakat yang sudah dan menjalankan ajaran agama dengan baik diantaranya adalah orang Islam. Orang  Islam di sini adalah orang-orang yang sudah mendalami ajaran-ajaran yang di turunkan oleh Allah untuk Nabi dan seluruh mat manusia khususnya umat muslim. Di sini ajrannya mengikuti jalan dari Rasuldan Nabi. Apabila dalam melakukan sesuatu sudah meminta dan percaya kepada tuhan yaitu Allah dengan menggunakan lafadz Arab.
Tidak percaya pada dukun kepada hal-hak yang berbau mistis namun percaya kalau makhluk ghaib itu ada. Masyarakat dalam kelompok ini sudah menjalankan Sholat lima waktu, puasa wajib dan apa yang di peintahkan oleh Allah dan menjauhi laranganNya.
Apalagi di Kebumen sendiri sudah berdiri pondok pesantren besar menjadikan masyarakat Kebumen mengerti tentang agama Islam, mengerti ajaran-ajaran yang masuk akal. Selain itu banyak masyarakat yang anaknya di pesanterenkan di luar Kebumen seperrti di Tegal Rejo.
Yang termasuk golongan santri yaitu:
a.       Orang yang mengetahui dan menjalankan jaran agama Islam dengan benar
b.      Orang yang berada di Pesantren
c.       Orang yang sudah di Pesantren
d.      Para kiai
e.       Masyarakat biasa dari golongan bawah namun ia mengerti tentang agama dan menjalankan ajaran  agama.
3.        Masyarakat priyayi
Yang termasuk kedalam golongan priyayi adalah:
a.       Orang-orang yang mempunyai jenjang pendidikan yang tinggi
b.      Para kiai, guse
c.       Para orang kaya yang hidup mewah
d.      Orang yang mempunyai jabatan diaerah, di desa
e.       Para pemgajar atau guru
f.       Para ta’mir masjid
g.      Orang yang berperan aktif dalam masyarakat
Pada masyarakat priyayi biasanya di hormati dan di segani oleh masyarakat pada umumnya.

Di Desa saya Desa Pengempon Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen dan desa sekitar saya. Masih adanya masyarakat Abangan, Santri, dan priyayi. Namun masyarakay Abangan sudah semakin berkurang dengan di pengaruhi ajaran Islam yang di dominasi oleh para Santri. Pada masyarakat abangan mulai hilang karena sudah mengerti tentang ajaran-ajaran yang dapat di mengerti dan dipahami dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
Ini terlihat adanya multikulturalisme di desa saya, walaupun adanya multikulturalisme dan perbedaan namun kehidupan di desa saya aman-aman saja, saling mengayomi satu sama lain.

1 komentar:

  1. artikel yang menarik,sebaiknya sebelum di posting di edit terlebih dahulu,agar menjadi lebih menarik..terima kasih

    BalasHapus