Rabu, 30 November 2011

JAM KERJA YANG PANJANG BAGI PEREMPUAN


Feminis Marxis → jam kerja yang panjang bagi perempuan
Marxs mengungkapkan bahwa pekerjaan perempuan itu tidak pernah selesai dan didalamnya juga terdapat kapitalisme.
Disini perempuan di eksploitasi dari pekerjaannya, tidak memandang pada kondisi kesehatan buruh perempuan yang sedang di alami. Namun para pengusaha hanya ingin pekerjaannya, usahanya itu selesai di garap, ia hanya melihat dan menginginkan hasil akhirnya saja tanpa ingin tahu bagaiman tenaga maupun energinya yang terkuras dari perempuan demi pekerjaanya itu dan ia mengharapkan sebuah imbalan lebih dari pekerjaanya yaitu upah. Namun kenyataannya upah yang diberikan tidak setimpal dengan bagaimana perempuan mengeluarkan keringat demi mendapatkan penghasilan.
Perempuan tidak bisa berbuat apa-apa lagi melawan kepada para penguasa atau pengusaha. Ia lebih memilih tenaga terkuras daripada tidak bisa mendapatkan pekerjaan sama sekali. Walaupun sebenarnya para penguasa memberikan tunjangan, bertujuan untuk para perempuan tersebut tidak membentuk suatu kelas-kelas yang bisa menentang para penguasa. Tunjangan ini hanya akal-akalan saja supaya perempuan itu tetap mau bekerja untuk memproduksi barang.  Jenis pekerjaan yang biasanya di tawarkan adalah jenis pekerjaan domestic, upah yang diberikannyapun sedikit. Karena beranggapan bahwa perempuan pasti ditunjang oleh laki-laki, maka upah yang diperoleh perempuan yaitu upah minimum yang lebih rendah dari laki-laki. Laki-laki dibayar lebih karena pada dasarnya laki-lakilah yang berkewajiban mencari rijeki kepada perempuan, laki-laki bertanggungjawab atas perempuan, maka perempuan disini hanya meminta kepada laki-laki, tangan perempuan hanya dibawah meminta sedangkan laki-laki berada diatas karena ia memberi.
Peran perempuan bekerja di sector public sendiri sebenarnya tidak pas pada masyarakat umumyna karena beranggapan laki-lakilah yang menjadi penopang hidup dalam keluarga, laki-laki bertanggungjawab atas kebutuhan keluarga yang terdiri dari istri dan anak-anaknya. Sedangkan perempuan bertanggungjawab atas urusan rumah dan mengurus anak.
Perempuan ikut bekerja di ruang public maka perempuan harus bisa membagi waktu antara pekerjaan domestic dengan pekerjaan public. Maka di sini perempuan memiliki tanggungjawab yang besar ketimbang laki-laki. Laki-laki tidak mengurusi hal-hal yang berbau rumah dan mengurus anak yang ia tahu hanya bagaimana ia  bisa menghidupi, mencukupi kebutuhan keluarga tanpa ada kekurangan. Maka para perempuan disini apabila dalam bekerja mengetahui anaknya sakit, maka perempuanlah yang ijin untuk pulang melihat kondisi anaknya. Walaupun perempuan sedang bekerja namun ia tetap memikirkan pekerjaan domestiknya. Perempuan tidak terlepas dari pekerjaan domestiknya yang sudah dibentuk oleh kebanyakan masyarakat diberbagai kalangan karena perempuan itu tempatnya bekerja dipekerjaan domestic.
Capital sendiri juga menginginkan para perempuan untuk bekerja. Karena perempuan disini tidak minta tuntutan yang lebih tidak seperti laki-laki. Apabila ingin mengundurkan diri pihak dari perempuanlah yang sering melakukan seperti itu. Ini juga di pengaruhi oleh rendahnya upah yang di peroleh, walaupun perempuan menambah jam kerja namun tetap sama saja antara menambah jam kerja dengan jam kerja biasa. Jarak upah yang sedikit walaupun tenaganya terkuras gajinya tetap sedikit. Antara pendapatan dan tenaga yang dikeluarkan tidak seimbang.
Belum lagi perempuan bekerja di ruang domestic, tanggung jawab yang begitu banyak dan di sini perempuan tidak di gaji oleh laki-laki dalam keluarganya. Namun apabila di gaji maka perempuan disini peluang untuk bisa bekerja di public terbatas. Tetapi laki-laki tidak menghiraukan betapa rasa cape oleh permpuan yang pekerjaannya mempunyai beban ganda. Laki-laki tetap menjadi raja yang harus dilayani karena beranggapan laki-laki yang dilayani dan perempuan yang melayaninya.
Kapitalisme berdampak bagi para pegawai yang teralienasi dari hasil produk ia bekerja, ia tidak bisa membeli produk yang ia buat karena barang tersebut sangat mahall. Ia tidak cukup untuk membeli dari gaji yang ia peroleh karena haeganya dari produk yang ia hasilkan sangat mahal. Gaji yang ia berikan tidak sesuai antara tenaga yang ia keluarkan dengan harga  yang ia hasilkan dari produknya. Hasilnya lebih mahal ketimbang gaji yang ia peroleh untuk memproduksinya.
Dari uraian tersebut solusi yang harus di peroleh bagi kaum perempuan adalah:
Ø  Penyamarataan gaji antara laki-laki dan perempuan.
Ø  Walaupun gaji berbeda namun seharusnya melihat bagaimana perempuan bekerja mengerjakannya, gaji harus setimpal dengan tenaga yang ia keluarkan.
Ø  Laki-lakipun seharusnya sama-sama mengerjakan pekerjaan rumah/ domestic dengan perempuan. Jangan hanya menyerahkan ke perempuan. Karena perempuan disini juga ikut bekerja di ruang public sama-sama mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar