Rabu, 30 November 2011

SOSIOLOGI GENDER


Dalam jaman seperti sekarang ini masyarakat apalagi yang sudah berkeluarga pastinya akan membentuk suatu masalah yang timbul yaitu akan membahas bagaimana sebuah keluarga menjadi harmonis dengan adanya sebuah pimpinan dalam rumah. Namun dengan adanya pemimpin ini akan membentuk suatu batasan- batasan tersendiri yaitu menjadi dua bidang yaitu dimana ada yang berada diposisi domestic (dalam rumah) dan ada yang berada di bidang public (di luar rumah). Dan di sini kadang-kadang akan terjadi sebuah masalah yaitu siapa yang harus bekerja untuk mencari uang yang menafkahi keluarganya, dan siapa yang hanya berdiam diri dirumah yang mengurus hal-hal domestic dan mengurus anak.
Di jawa khususnya ada anggapan bahwa siapa yang harus bekerja dan siapa yang harus berada di luar rumah untuk mencari nafkah. Disini sudah ada dokterin yang sangat kuat bahwa yang harus mencari uang untuk menafkahi keluarganya yaitu seorang laki-laki atau suami dan yang berkewajiban mengurus rumah tangga yaitu isteri atau perempuan. Dan siapa yang harus memimpin sebuah keluarga yang harus mempertanggungjawabkan menjadi keluarga yang harmonis. Siapa yang harus nurut sama semua keputusan yang ada dalam keluarga. Disini perempuan tidak memliki wewenang untuk bisa berada diluar rumah apalagi memiliki sebuah keputusan sangat  sedikit sekali untuk bisa memiliki keputusan. Semua keputusan ada ditangan suami atau laki-laki.

Ada dua bidang yang akan akan terbentuk di dalam keluarga yaitu bidang domestic dan bidang public.
1.       Bidang public yaitu bidang ini di mana sosok laki-laki yang berada didalamnya yang ini sudah terbentuk dari dahulu bahwa yang harus menduduki posisi ini yaitu pihak laki-laki, laki-laki yang memimpin, laki-laki yang mencari uang, laki-laki yang tidak memiliki beban ganda, laki-laki yang bebas dari lingkup domestic, laki-laki yang bebas dari segala hal, laki-laki yang kuat.
2.       Bidang domestic yaitu bidang dimana ia harus berada di dalam rumah yang menduduki bidang ini yaitu para kaum permpuan. Kaum perempuan ini di anggap sebagai ibu rumah tangga yang harus mengatur rumah tangga, perempuan yang harus patuh terhadap laki-laki, perempuan yang bisanya meminta, perempuan yang diberi oleh laki-laki dan perempuan sendiri sudah dilekatkan sebagai orang yang penyayang, sabar, dan sebagainya. Maka perempuan ini pantasnya hany mengurus rumah dan mengurus rumah. Tidak pantas berada di ranah public.
Masyarakatlah  yang membentuk semua itu yang bisa menimbulkan perbatasan antara laki-laki dan perempuan intinya hal yang kepantasan antara laki-laki dan perempuan. Disini sudah terbentuk bahwa laki-laki itu pantas seperti itu dan perempuan layaknya seperti ini, misalnya laki-laki dijadikan atau dicirikan sebagai laki-laki yang kuat, laki-laki yang bertanggungjawab, laki-laki yang harus mempunyai penidikan yang tinggi. Sedangkan perempuan dicirikan sebagai perempuan yang lemah, perempuan yang lembut, penyayang, perempuan yang sabar, perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi toh akhirnya ia akan ada dirumah. Perempuan disini tidak akan maju dalam hal apapun apalagi dibidang pembangunan. Permpuan disini tidak ikut berperan tidak ikut berpartisipasi. Ini dikarenakan karena lapangan untuk perempuan ikut kedalamnya sangat kurang tidak ada yang mendukung perempuan ada didalamnya yang bahkan bisa menghalangi laki-laki. Perempuan masih berdiam diri di rumah tidak ada keberanian untuk berbicara.
Namun sekarang sejak adanya gerakan WID, bagi kaum perempuan hal itu sangat membantu bahwa permpuan dan laki-laki tidak harus seperti itu, perempuan juga bisa berperan dalam hal pembangunan yang berasumsikan bahwa penyebab terbelakangan perempuan adalah karena tidak barpartisipasi dalam hal pembangunan. Perempuan sebenarnya ingin bisa seperti laki-laki yang ingin bisa berada di luar rumah.
Namun sekarang ini sudah tidak lagi mejadi masalah. Masyarakat semakin kian semakin kompleks semakin maju, apalagi bagi kaum perempuan sejak terbentuknya gerakan WID maka kaum perempuan bissa sejajar dengan laki-laki. bahwa siapa saja boleh bekerja, mencari uang, memimpin keluarga dan dalam hal mengambil keputusan untuk mengurus sebuah keluarga. Hidup sudah mempunyai pilihan masing-masing antara laki-laki dan perempuan entah itu dalam ranah public maupun domestic, semuanya ada ditangan masing-masing. Dan pekerjaan itu semuanya dapat dipertanggungjawabkan secara bersama-sama tanpa harus menyuruh salah satu untuk menjalankan kehidupannya entah yang di domestic maupun public. Apalagi bagi kaum perempuan semua itu bisa dilakukan bahkan mengambil sebuah resiko bahwa ia akan mempunyai beban ganda yaitu di bidang domestic dengan bidang public. Selain itu laki-laki juga menpunyai tanggungjawab yang sama karena sudah berkeluarga juga bisa melakukan apa yang pantas bagi perempuan. Peran laki-laki disini bisa membantu perempuan untuk melakukan pekerjaannya. Pekarjaan domestic bisa di lakukan bersama-sama sudah ada pembagian untuk mengurus rumah. Missal perempuan masak di dapur maka laki-laki bisa menyapu rumah, semuany bisa dilakukan bersama-sama selagi ia kompak. Maka hasilnyapun berakhir dengan indah. Karena disini sama-sama sudah dalam kerjaan yang sama karena sama-sama bekerja.
Dan Dipertegas oleh salah satu teori yaitu teori pembebasan (liberation theory) memberikan titik perhatian alternative terhadap keterbelakangan dan bagaimana mengatasinya.. teori ini berasumsi bahwa masyarakat berada dalam keterbelakangan karena ditindas oleh pemegang kekuasaan dalam masyarakat mereka sendiri, yakni mereka mengontrol sumber daya ekonomi. Sebagian menyarankan perlunya pendidikan penyadaran karena hal itu yang sering disebut oleh Paulo freire debgan consistensation (1972) yang merupakan salah satu tokoh yang menekankan pada pentingnya pendidikan dalam pembebasan dan pembangunan. Menutut Freire masalah pembangunan merupakan soal keailan ketimbang kekayaan. Hal ini menunjukan bahwa perempuan harus didik tinggi untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi untuk bisa berada dan ikut ke dalam dunia pembangunan atau bisa berada di ranah public. Supaya tidak teringgal dengan laki-laki supaya tidak tertindas, supaya seimbang dan sama antara laki-laki dan perempuan.
Sekarang ini sudah terlalu kental sekali bahwa laki-laki yang harus bekerja di luar rumah dan permpuan yang harus berada di dalam rumah. Sudah tidak seperi itu sekarang perempuan juga bisa berada di ranah public dan laki-laki juga bisa berada di ranah domestic. Yang disini semuanya bisa dilakukan bersama-sama mempunyai tugas yang sama yaitu mencari nafkah dan mengurus rumah tangga secara bersama-sama tanpa harus saling menggunakan hal kepantasan bagi laki-laki dan perempuan.
Namun masih ada kenyataan bahwa antara laki-laki dan perempuan itu masih ada jarak pemisah yang menimbulkan perbedaan, masih banyak perempuan yang masih berada di bidang domestic yang di situ perempuan itu tidak bisa berbuat apa-apa selain berada di dalam rumah. Sedangkan laki-laki masih banyak bisa berada di kursinya yaitu bidang public. Walaupun saat sekarang ini sudah ada perempuan yang bergerak di bidang public namun masih sebagian yang masih banyak berada di bidang domestic. Walaupun  seperti itu bagi perempuan yang sudah bisa berada di ranah public ia tetap saja masih ada tanggungjawab dalam mengurusi rumahtangga, entah itu bersih-bersih dan mengurus anak.
Selain itu bagi kaum perempuan juga mempunyai beban ganda bagi perempuan yang bekerja diluar rumah. Yang disini kaum laki-laki tidak ikut berperan di bidang domestic karena sudah ditanggung oleh perempuan. Hal ini mungkin bisa saja dilakukan karena perempuan ini sudah ada kesepakatan dengan suami walaupun bekerja ia tidak boleh melupakan pekerjaan domestic. Ia harus bisa memilih antara pakah ia akn tetap dalam pekerjaan domestic tanpa harus berada dalam bidang public, dengan apakah ia boleh berada dalam bidang public tapi ia tanpa melupakan pekerjaan domestiknya. Karena laki-laki disini mempunyai doktrin yaitu pengetahuan agama yang kuat yang pantas berada di dalam rumah itu para kaum perempuan dan siapa yang harus berada di luar rumah yaitu laki-laki. Perempuanpun bisa memahami tentang pengetahuan agamanya. Tidak akan menjadi masalah yang serius, ia akan berbakti pada suami. Selagi ia benar dan bertanggungjawab akan anggota  keluarganya.
Selain itu para kaum perempuan masih saja banyak yang berada di domestic tidak berada di public ini bisa disebabkan karena prempuan tidak mempunyai skiil yang memadai untuk bisa berada di public. Maka perempuan ini memilih untuk tetap berada di rumah tanpa memikirkan hal-hal yang berbau luar semuanya sudah diatur oleh suami. Selain itu da juga perempuan yang awalnya mampunyai karir namun setelah menikah ia tidah boleh menggeluti karirnya lagi, ini bisa disebabkan karena perempuan ini sudah memiliki orang yang akan bertanggungjawab ats semua kebutuhanyya maka perempuan ini akan tunduk pada suami. Dan perempuan ini tetap menggeluti bidang yang baru. Bidang yang hanya sebagai ibu rumah tangga, di rumah saja pekerjaan rumah tangga sudah ada yang emebantunya yaitu orang ketiga yaitu pembantu. Maka perempuan ini bisa dengan santai hidup dalam rumah.
Selagi semuanya bisa saling memahami dan saling pengertian dan adanya kesepakatan antara laki-laki dan perempuan itu entah dalam pekerjaan dan mengurus rumah. Maka tidak menjadi masalah. Dan disini semuanya bisa sama-sama bertanggungjawab dengan apa yang sudah dipilih keduanya.saling bisa membantu satu sama lain. Maka tidak akan menjadi beban bagi permpuan dan laki-laki itu sendiri. Semuanya bisa berjalan lancar tanpa harus memakai hal tentang kepantasan. Hidup adalah sebuah pilihan yang harus dijalani, pilahan yang diambil maka harus menjalankan apabila mempunyai resiko maka harus ditanggungj sendiri.

1 komentar:

  1. tulisan cukup menarik. akan tetapi perlu di edit kembali agar lebih enak di pandang mata dan tidak membingungkan pembaca artikel.

    BalasHapus